KOMPAS/VIDELIS JEMALI

Salah satu gerbang Benteng Keraton Buton di Kota Baubau, Sulawesi Tenggara, Jumat (1/5/2015). Benteng peninggalan Kesultanan Buton dari abad ke-6 tersebut memiliki luas 22,4 hektar dengan panjang 2,7 kilometer sehingga menjadikannya benteng terluas di dunia.

 

Geliat pembangunan terasa ketika menjajaki kota Baubau yang dikenal sebagai ”Negeri Seribu Benteng” ini. Perjalanan dari Bandara Betoambari menuju pusat kota dapat ditempuh selama 30 menit dengan kualitas jalan aspal yang mulus.

Memasuki pusat kota, ciri khas kota yang sedang bertumbuh mulai terasa. Menjamurnya ruko dan pusat perbelanjaan, rumah makan, serta jalanan padat kendaraan tampak di sejumlah titik kota. Bahkan, sebuah mal yang cukup megah beroperasi sejak tahun 2015 dan dilengkapi dengan fasilitas bioskop.

 

LITBANG KOMPAS/SUWARDIMAN

Bandara  Betoambari dengan panjang landasan pacu 1.800 meter dibangun sejak tahun 1976 dan mulai aktif menjadi landasan pesawat penumpang sejak tahun 2003, Jumat (16/2/2018).

 

Dalam usia dua windu sebagai daerah otonom, pembangunan di Kota Baubau berjalan pesat.

Hal ini tampak dari pertumbuhan infrastruktur dasar kota, seperti pembangunan pasar, pelabuhan, penambahan, dan pengaspalan jalan untuk menunjang kota Baubau sebagai pusat perdagangan dan jasa bagi daerah-daerah di sekitarnya.

Tak heran, pertumbuhan Baubau tampak lebih menonjol apabila dibandingkan daerah-daerah lainnya hasil pemekaran Kabupaten Buton pada tahun 2001.

Dengan segala potensi yang dimiliki, kontestasi politik yang berlangsung di ”Negeri Seribu Benteng” ini seharusnya menjadi pertarungan visi dan strategi calon kepala daerah untuk mencapai batas maksimal pertumbuhan yang bisa dicapai kota Baubau.

Kontestasi politik

Maraknya jumlah peserta seolah menjadi ciri khas dalam setiap kontestasi politik lokal yang berlangsung di Kota Baubau. Pada pilkada yang berlangsung tahun 2012, tercatat ada enam pasangan yang bertarung untuk memperebutkan kursi wali kota dan wakil wali kota.

Sebanyak 68 persen dari 107.795 jumlah pemilih yang menggunakan hak pilihnya pada pilkada saat itu. Pasangan AS Thamrin-Wa Ode Maasra Manarfa meraih 26.105 suara (36,43%) dan berhasil merebut kursi Wali Kota dan Wakil Wali Kota Baubau periode 2012-2017.

Setelah satu periode menjabat, pasangan tersebut pecah kongsi. Masing-masing mencalonkan diri dan akan bertarung memperebutkan jabatan wali kota pada pilkada tanggal 27 Juni mendatang.

Pada pilkada kontestasi politik kali ini pun, Pilkada Kota Baubau diramaikan cukup banyak peserta, yaitu lima pasangan calon (paslon). Sebanyak empat paslon diusung koalisi partai politik dan satu pasangan menjadi calon perseorangan.

Sebelumnya, ada enam paslon yang mendaftarkan diri sebagai peserta pilkada Kota Baubau, termasuk di antaranya dua paslon dari jalur perseorangan.

 

LITBANG KOMPAS/SUWARDIMAN

Spanduk pasangan calon wali kota-wakil wali kota di salah satu sudut Kota Baubau (16/2)

 

Namun, KPU Kota Baubau tidak meloloskan salah satu pasangan dari jalur perseorangan, yakni Nursalam-Nurman Dani, karena gagal memenuhi persyaratan.

Syarat yang ditetapkan KPU Kota Baubau bagi paslon perseorangan adalah dukungan minimal 11.427 pemilih dan tersebar di minimal lima kecamatan.

Jika melihat modal politik masing-masing pasangan calon, tampak distribusi kekuatan setiap paslon cenderung merata. Distribusi dukungan dari parpol pemilik kursi di DPRD Kota Baubau tersebar merata untuk empat paslon yang akan bertarung.

Pasangan nomor urut satu Roslina Rahim-La Ode Yasin diusung Partai Hanura dan Partai Kebangkitan Bangsa. Jika diandaikan perolehan suara yang diraih parpol dalam pemilu bisa menjadi ”modal awal” paslon pilkada, maka jumlahnya menjadi seperti berikut.

Akumulasi modal suara koalisi parpol berdasarkan hasil Pemilu Legislatif 2014 untuk pasangan Roslina Yasin sebanyak 10.261 (14 persen) suara dengan lima kursi di DPRD Kota Baubau.

Sementara pasangan nomor urut dua, AS Tamrin-La Ode Ahmad Monianse diusung Partai Amanat Nasional, Partai Nasional Demokrat, Partai Golkar, dan PDI-P.

Pasangan nomor urut tiga, Wa Ode Maasra Manarfa-Ikhsan Ismail, diusung Partai Bulan Bintang dan Partai Gerindra yang pada Pemilu 2014 berhasil mengumpulkan 15.654 (21 persen) suara pemilih dengan lima kursi DPRD.

 

LITBANG KOMPAS/SUWARDIMAN

Baliho salah satu pasangan calon pemilihan wali kota-wakil wali kota Baubau di salah satu sudut Kota Baubau, Jumat (16/2/2018).

 

Sedangkan pasangan nomor urut empat, Yusran Fahim-Ahmad Arfa, diusung Partai Demokrat, Partai Persatuan Pembangunan, dan Partai Keadilan Sejahtera, memiliki akumulasi modal suara 18.117 (24 persen) suara dengan enam kursi di DPRD.

Akumulasi suara empat parpol pendukung pasangan ini adalah 28.113 (38 persen) suara dengan sembilan kursi parlemen Kota Baubau.

Pasangan nomor urut lima yang maju sebagai paslon perseorangan, Ibrahim Marsela-Ilyas, memenuhi persyaratan minimal penyertaan dokumen salinan 11.427 KTP sesuai yang ditetapkan KPU.

Potensi ekonomi
Kota Baubau menyimpan kekayaan sejarah dan budaya. Daya tarik kota pelabuhan yang pernah berjaya pada masa kerajaan Buton ini sudah terkenal sejak abad ke-15.

Jejak sejarah keraton Buton yang dikeliling benteng sepanjang 2.740 meter memanjang dari utara ke arah selatan kota masih tersimpan dan menjadi ikon pariwisata Kota Baubau.

La Ode Rabani dalam buku Negeri Seribu Benteng (2012) mencatat bahwa letak Kesultanan Buton sangat strategis dalam jalur perdagangan di masa lalu. Secara geografis, posisi pelabuhan Baubau sangat penting dalam lalu lintas perdagangan rempah dari dan ke Maluku dan menjadi persinggahan kapal-kapal dagang.

Karakteristik geografis Kota Baubau yang strategis ini bisa menjadi modal pembangunan daerah di wilayah tersebut. Sejak lama kota ini menjadi salah satu pintu perdagangan utama bagi Provinsi Sulawesi Tenggara.

Potensi pertumbuhan kota pelabuhan ini semakin meningkat dengan rampungnya terminal penumpang baru Pelabuhan Marhum yang diresmikan Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi pada 19 Februari 2017.

 

LITBANG KOMPAS/SUWARDIMAN

Suasana Pelabuhan Marhum yang menjadi pelabuhan kapal penumpang dan angkutan barang di Kota Baubau, Jumat (16/2/2018).

Pelabuhan Marhum merupakan pelabuhan utama tersier yang terhubung dengan pelabuhan besar lain dan menjadi pelabuhan penghubung menuju pelabuhan Bitung, Ambon, dan Sorong.

Arus perdagangan dan migrasi penduduk akan meningkat seiring makin banyaknya kapal transit dari Jawa dan Makasar menuju Maluku, Papua Barat, dan Papua.

Visi pembangunan jangka panjang kota ini pun difokuskan pada perdagangan dan pelayanan jasa. Seperti disebut dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJMD), Kota Baubau diarahkan menjadi penghubung kawasan barat dan timur Indonesia.

Selain itu, kota ini juga dirancang menjadi pusat pelayanan jasa dengan menciptakan iklim investasi dan perdagangan yang kondusif.

Baubau dirancang menjadi kota jasa dan perdagangan.

Struktur perekonomian Baubau disokong tiga sektor utama. Sektor yang paling besar menyumbang perekonomian kota ini adalah sektor konstruksi/bangunan (21,09 persen).

Hal ini sejalan dengan geliat pembangunan menata wajah kota selama beberapa tahun terakhir. Penyerapan tenaga kerja untuk sektor ini pun cukup besar. Sensus Ekonomi 2016 yang diselenggarakan Badan Pusat Statistik mencatat, tak kurang 475 unit usaha sektor konstruksi yang menyerap 58.776 tenaga kerja di Baubau.

Sektor kedua terbesar adalah sektor perdagangan besar dan eceran, reparasi mobil dan motor yang berkontribusi sekitar 18 persen bagi perekonomian Kota Baubau.

Peningkatan jumlah penduduk dan kepemilikan kendaraan bermotor boleh jadi merupakan stimulan pada sektor ini. Sementara sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan menyumbang 15 persen terhadap pertumbuhan perekonomian Kota Baubau.

Badan Pusat Statistik mencatat, ketiga sektor tersebut menyokong lebih dari separuh perekonomian Kota Baubau, yaitu sebesar 53,36 persen pada tahun 2013, sebesar 52,74 persen pada tahun 2014, dan 52,69% pada tahun 2015.

Pertumbuhan perekonomian Baubau juga didukung potensi 64,38 persen atau 101.910 penduduk usia produktif dari total populasi 158.300 jiwa penduduk kota ini. Tingkat kesempatan kerja sekitar 93 persen dan sebagian terbesar diserap oleh sektor usaha mikro kecil.

Hasil sensus ekonomi yang dilakukan BPS mencatat jumlah usaha perdagangan besar eceran, reparasi/perawatan mobil dan sepeda motor merupakan unit usaha yang paling dominan. Tak kurang dari 9.815 jenis unit usaha itu tersebar di Kota Baubau.

Pertumbuhan perekonomian di Kota Baubau cukup signifikan selepas menjadi daerah otonom 16 tahun lalu. Kualitas hidup masyarakat Baubau pun cenderung meningkat. Hal ini setidaknya terukur dari pertumbuhan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) kota ini yang rata-ratanya tumbuh 0,8 persen per tahun.

Aktivitas ekonomi, peningkatan angka harapan hidup, serta daya beli masyarakat merupakan bagian dari indikator yang menentukan peningkatan kualitas hidup warga Kota Baubau. IPM Kota Baubau (73,99) lebih tinggi dibandingkan IPM Provinsi Sulawesi Tenggara (69,31), bahkan lebih tinggi daripada IPM nasional (70,18).

Kota Baubau berpotensi menjadi magnet perekonomian di wilayah Sulawesi Tenggara. Modal potensi daerah yang menyimpan kekuatan sejarah dan budaya menjadi nilai tambah bagi pertumbuhan kota ini. Pengembangan industri pariwisata yang belum digarap secara lebih serius menjadi potensi besar bagi Kota Baubau.

Pada akhirnya, kemampuan pemimpin daerah dalam mengelola arah pembangunan kota yang akan menentukan sejauh mana pertumbuhan Kota Baubau sebagai pusat jasa dan perdagangan kawasan. (SUWARDIMAN/LITBANG KOMPAS)