Bankir Tetap Sulit Tekan Bunga Kredit

Bankir Tetap Sulit Tekan Bunga Kredit, Direktur Utama BNI Gatot M Suwondo

Bankir Tetap Sulit Tekan Bunga Kredit
Kamis, 7 Mei 2009 | 04:24 WIB

Jakarta, Kompas – Meski suku bunga acuan atau BI Rate sudah turun cukup jauh dan likuiditas perbankan makin membaik, para bankir mengatakan tetap sulit mempercepat penurunan bunga kredit secara signifikan. Penyebabnya, bankir harus menyeimbangkan kepentingan debitor dan kreditor.

Direktur Utama BNI Gatot M Suwondo, Rabu (6/5) di Jakarta, mengatakan, perbankan selalu berdiri di atas dua kepentingan, yakni debitor dan kreditor. Debitor merupakan nasabah peminjam, seperti pelaku usaha sektor riil dan masyarakat peminjam kredit pemilikan rumah. Debitor sudah pasti menginginkan bunga kredit yang rendah.

Adapun kreditor merupakan nasabah penyimpan, seperti deposan, penabung, atau pemegang surat utang yang diterbitkan bank. Golongan ini pasti menginginkan bunga tinggi.

Menurut Gatot, pergerakan suku bunga kredit sangat bergantung pada pergerakan suku bunga deposito sebagai biaya dana (cost of fund).

”Suku bunga kredit lambat turunnya karena suku bunga deposito juga turun dengan lambat,” kata Gatot.

Itu karena bank, lanjutnya, tidak bisa semena-mena menurunkan bunga deposito. Dalam situasi krisis seperti saat ini, nasabah juga menginginkan pendapatan bunga yang signifikan dari simpanannya.

Apalagi sebagian besar deposan dan penabung merupakan perorangan dengan nilai simpanan di bawah Rp 100 juta. Per Maret 2009, sebesar 97 persen dari total 82.864.439 rekening dimiliki deposan dan penabung dengan nilai simpanan di bawah Rp 100 juta. Adapun nilai simpanan di bawah Rp 100 juta mencapai Rp 335 triliun atau 18,6 persen dari total dana pihak ketiga sebanyak Rp 1.798 triliun.

Gatot mengatakan, bank tidak mungkin memberikan bunga deposito di bawah inflasi tahunan yang kini sebesar 7,31 persen. Inilah yang membuat bunga deposito rata-rata masih di level 9-10 persen per tahun. ”Bagaimanapun, pendapatan bunga dari deposito membantu meningkatkan daya beli masyarakat, yang akhirnya juga mendorong pertumbuhan ekonomi,” ungkapnya.

Wakil Presiden Direktur Bank Danamon Jos Luhukay mengatakan, begitu BI Rate dan bunga penjaminan turun, bunga simpanan juga akan turun. Setelah itu, diikuti bunga kredit dengan waktu tunda sekitar 3 bulan. Namun, saat BI Rate naik, bunga kredit cenderung naik lebih dulu, baru diikuti kenaikan bunga simpanan.

Komisaris Utama Bank OCBC NISP Pramukti Surjaudaya mengatakan, selama ini bank terus menurunkan bunga kredit secara bertahap. ”Dibandingkan awal tahun, bunga kredit sudah turun 2 persen,” katanya.

Menumpuk laba

Kepala Ekonom Danareksa Research Institute Purbaya Yudhi Sadewa mengatakan, bank sengaja memperlambat penurunan bunga kredit agar bisa memupuk keuntungan. Bank memang lebih mementingkan keuntungan ketimbang bergerak atau tidaknya perekonomian.

Padahal, semua faktor dan kondisi saat ini sangat memungkinkan bank mempercepat penurunan bunga kredit. Misalnya, BI Rate sudah di level 7,25 persen, terendah sepanjang sejarah.

Purbaya mengusulkan agar penempatan dana perbankan pada Sertifikat Bank Indonesia dibatasi sehingga bank pun terpaksa menyalurkan dananya sebagai kredit. Karena pasar kredit terbatas, akan tercipta persaingan sehingga bank otomatis menurunkan bunga kredit. (FAJ)